Selasa, 04 Maret 2014

Bisikan Kesesatan

Bisikan Kesesatan
           
            Ketika embun mulai berjatuhan dan matahari mulai merambat naik, seolah menandakan hari akan dimulai. Suara burung dan binatang lainnya lebih mendominasi dibandingkan manusia, karena hanya ada dua manusia yang tinggal di tempat itu. Yaitu hanya sosok ayah dan anak, tanpa ibu yang terlebih dahulu menghadap sang pencipta.
           Bilik yang terbuat dari bambu, tempat mereka berlindung dari panas ataupun hujan. Untuk berinteraksi dengan manusia lainnya mereka harus menempuh jarak yang agak jauh, karena mereka tinggal di pesisir kota, dan rindangnya pohon menutupi keberadaannya dari manusia lain.
            Sampan yang terbuat dari bambu adalah sahabat mereka untuk mencari makan, dengan memanfaatkan danau dibelakang rumah. Walau penghasilan yang ia dapat tak menentu, akan tetapi ayah sangat melarang anaknya untuk mengemis ke kota. Makanan sehari-hari mereka hanyalah ikan, jika ikan yang didapat lumayan banyak, biasanya ia menukarkan ikannya dengan beras ataupun bahan baku makanan lain di kota.
            Ada masa-masa dimana mereka mendapatkan makanan hanya satu piring, sang ayahpun lebih memilih memberikan kepada anaknya, tanpa ia cicipi sedikitpun makanan itu. Ayah cukup senang melihat senyum kecil anaknya yang merasa kenyang, walau perutnya seperti tercabik pedang. Suatu hari perangai anak itu berubah menjadi liar, ia berjalan sendirian menuju hutan, entah apa yang ia cari, yang ia tahu hanya terus berjalan menerjang bosan.
            Sewaktu anak itu berjalan menyusuri hutan, tiba-tiba ia melihat seekor harimau yang sedang mengaum, tatapan harimau itu sangat tajam dan hanya tertuju padanya. Anak itupun tersentak dan memberhentikan langkahnya seketika, harimau pun melangkahkan kakinya perlahan-lahan menghampiri anak itu, semakin lama semakin mendekatinya. Hujan keringat dinginpun membasahi  tubuhnya yang sedang merasa ketakutan, dan ia gemetaran seperti orang tersengat arus listrik.
            Namun prediksinya salah, ternyata harimau itu tidak ingin memangsanya. Harimau itu berkata “apakah kamu ingin kekayaan dan jabatan ?”, anak itupun hanya terdiam seribu bahasa, seperti makhluk yang tercabut nyawanya. Dan sang harimau mengelus wajahnya dan memberikan pertanyaan yang sama. Saat pertanyaan yang kedua, anak itu baru bisa menjawab, “mau, bagaimana caranya ?”, harimaupun menjawab, “jika kamu ingin kekayaan dan jabatan, kamu harus menukar hati ayahmu menjadi santapanku hari ini, apakah kamu bersedia ?” . “Ya, aku bersedia”, jawab anak itu dengan nada pelan namun tajam.
            Setelah perjanjian disepakati oleh keduanya, merekapun menyusun rencana untuk menjalankan niat busuk itu. Saat rencana selesai, matahari pun mulai terbenam, pertanda malam mulai dating. Dan mereka memutuskan untuk berjalan secara bersamaan menuju rumah, setelah sampai halaman rumah, harimau menunggu diluar, dan anak itu terus berjalan masuk kedalam rumah. Ketika ia membuka pintu rumah, wajah ayah yang tadinya pucat dihisap rasa khawatir, kini kembali berseri ketika ia tahu anaknya pulang.
            Anak itupun tersenyum, kemudian ayahnya menghampiri dan memeluknya dengan erat, seolah tak mau kehilangannya. “Darimana kamu nak ?”, “kenapa kamu tidak memberitahu ayah kalau ingin pergi ?”, “ayah tidak bisa melakukan apa-apa nak, kecuali hanya gelisah memikirkanmu”, sang ayah berkata sambil memeluknya.
            Anak itupun tidak menjawab satupun perkataan ayahnya, ia langsung mendekap tubuh sang ayah dan menyeretnya keluar. Dan harimau yang menunggu diluar sudah mengaum, siap menerkam tubuh ayahnya. Ketika sudah berhadapan dengan harimau itu, raut wajah sang ayah tidak kelihatan takut sama sekali, ia hanya berpesan terhadap anaknya, “jaga dirimu baik-baik nak”.
            Setelah itu tubuh sang ayahpun langsung diterkam tanpa tersisa fosilnya. Sessuai dengan perjanjian mereka, anak itu  langsung mendapatkan harta yang berlimpah dan jabatan tiba-tiba di kota besar.

            Masihkah kau mau menukar kasih ayahmu dengan kekayaan ?

            Masihkah kau mau menukar kasih ayahmu dengan jabatan ?

1 komentar:

  1. Begitu kerasnya hati sang anak hingga harimaupun tak menerkamnya.

    Saik nih tulisan banyak maknanya hahai

    BalasHapus